[Review Buku] Filosofi Teras

November 23, 2020

Sering kali asumsi pertama ketika mendengar kata filsafat dan turunannya adalah satu ilmu yang sulit dipelajari, sulit dimengerti bahkan sebagai salah satu mata kuliah yang cukup membosankan. Buku ini justru menyajikan tulisan dengan pembahasan masalah sehari-hari yang dialami oleh kaum milenial dan yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari serta dilengkapi data survey dan wawancaranya. Ya! Wawancara kepada orang-orang hebat yang penulis temui tentang bagaimana penyikapan terhadap suatu masalah.

Ngulas sejarahnya, dikit deh!

Zeno, pedagang kaya asal Siprus (Sebuah pulau di selatan Turki) yang terdapar di Athena karena karamnya kapal. Suatu hari dia mengunjungi sebuah toko buku dan membaca buku filsafat karangan Crates, seorang filsuf aliran Cynic. Zeno pun belajar filsafat dari Crates dan berbagai filsuf yang lain. Kemudian Zeno mulai mengajarkan filosofi atas pemahamannya sendiri di sebuah teras berpilar yang sering disebut Stoa oleh orang Yunani. Sejak saat itu, penganut ajaran filsafat ini dinamakan “Kaum Stoa”

Manusia dan tantangan

Hidup manusia bukan diciptakan atas dasar tanpa alasan. Buku setebal 312 halaman yang di tulis oleh Henry Manampiring serta sajian illustrator yang menarik oleh Levina Lesmana ini perlu dibaca oleh kita. Mengapa ?

Mungkin setelah membaca beberapa kalimat diatas, pembaca akan bertanya-tanya. Benar ga sih, buku ini diperuntukkan bagi mereka yang ingin menyelesaikan masalah dengan jalur filsafat ? engga dua sekian kali mikir keras, tuh ?

Baik, pembaca sekalian memang benar, filsafat stoa adalah yang dikenalkan disini. dia sebagai way of life, jalan hidup. Lah agama saja tidak cukup ? jika boleh meminjam kalimat dari A. Setyo Wibowo, Lha apa salahnya beragama sambil mempelajari filsafat supaya agama kita makin mantap ? Baik, bagi kalian orang kanan garis keras lalu auto keluar kata liberal. Ehmm, anu, “kaya ngerti aja arti kata liberal” he he he

Nah, ujaran di atas pun kalau kita tanggapi dengan serius yaa bakalan baper terus-terusan. Ingat dengan ilustrasi 2 orang dan 1 ekor keledai ? satu orang yang melakukan tindakan terhadap kedelai dan satu yang lain sibuk mengomentari apapun orang ini lakukan. Artinya, apapun yang kita lakukan akan terus menuai komentar bagi siapa pun yang sibuk “merangkai kata” untuk kita.

Kita semua sudah tau sejak Adam diciptakan lengkap dengan persoalan-persoalannya, Tuhan ingin mengajarkan kepada Adam dan kita semua bahwa, Hidup selalu dilengkapi dengan “masalah” (Kalau kalian masih anggap masalah, sih!) Kalau saya lebih suka menyebutnya tantangan. Break down lagi, yuk! Tantangan ini juga bisa dijadikan seberapa bergantungnya ataupun taatnya kamu dengan Tuhan, sih? Seberapa tangguh kamu dalam menyelesaikan ataupun menyikapi tantangan, sih?, Seberapa jauh tanggung jawabmu ditengah-tengah dera tantangan ? dan masih banyak hal kecil lain yang mampu berjalan menemani sebuah proses pada diri Adam.

Kembali pada komentar! Baik, jika kita menerima tantangan sebuah, bahkan berbuah-buah ujaran, hujatan, komentar yang semau gue gitu, harus ngapain ? ada satu hal yang diajarkan pada buku ini ketika kita menerima “sesuatu” bahkan yang berpotensi mengundang ujaran negatif bahkan hingga tindakan bodoh yang jelas merugikan kita karena pada prinsipnya filsafat Stoa ingin mencapai :1) Hidup bebas dari emosi negatif (lah, ya gapapa kan, ada emosi negatif bukannya kita hidup ini seimbang?) Sik, sik, sik, Sabyaaaarr! Jadi gini lho pembaca yang budiman, emosi negatif disini adalah hal-hal yang mampu dan mungkin akan mengendalikan kita, nah disini kita diajarkan untuk gausah deh kamu pelihara emosi negatif yang ujung-ujungnya mengendalikan kehidupan kamu. Lebih baik kita fokus dengan hal-hal yang mampu kita kendalikan. Trus kita ga boleh sedih, marah, kecewa ? Oke! Setelah nomer 2, tak jelasin!

2) Hidup mengasah kebajikan (virtues). Ada empat kebajikan utama menurut Stoisisme :

kebijaksanaan, keadilan, keberanian dan menahan diri. (Filosofi Teras, halaman 25)

Sesuai janji tadi yaa.

Trus kita ga boleh sedih, marah, kecewa ? Boleh, hanya lima detik aja ya! 5,4,3,2,1. Oke, Selesai! Kembali ke prinsip hidup mengasah kebajikan yang terakhir, yaitu menahan diri. Lalu langkah yang bisa kita ambil ketika mulai merasakan emosi negatif seperti (Baper, sedih, marah, kecewa, frustasi, putus asa dan lain-lain) adalah S-T-A-R (Stop, Think & Assess, Respond). (Filosofi Teras, halaman 98-99)

  1. Stop (Berhenti).

Begitu emosi negatif datang, secara sadar kita harus berhenti dulu. Ketika mereka datang, kita bisa teriak dalam hati “Time-out!”

2. Think & Assess (Dipikirkan dan dinilai)

Sesudah berhasil mengehentikan proses emosi sesaat, paksa diri untuk berpikir secara rasional dan mulailah menilai apakah perasaan ini bisa dibenarkan ? apakah kita telah memisahkan fakta objektif dari intepretasi kita sendiri ? dengan cara bertanya kepada diri sendiri apakah emosi saya ini terjadi karena sesuatu yang didalam kendali saya atau diluar kendali ?

3. Respond (Menanggapi)

Sesudah menggunakan logika dalam menyikapi situasinya, saatnya pikirkan respon apa yang akan diberikan, bisa berupa ucapan atau tindakan. Ucapan dan tindakan ini telah melewati proses pemikiran serta penilaian yang sudah dilewati. Hasilnya adalah sebaik-baik respond dengan prinsip bijak, adil(fair), menahan diri dan berani (courage)

Mungkin segitu saja kali ya, untuk spoiler buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring ini. Banyak persoalan kehidupan yang didiskusikan oleh beliau Om Piring, begitu kebanyakan orang menyapa. Clue-nya sih, persoalan yang dihadapi oleh milenial. Bisa jadi overthinking, anxiety, baperan, mudah tersinggung di dunia maya dan nyata hingga parenting, dong! Serta penanganan yang tepat untuk menghadapinya.

Kalau saya sih, cukup lama membaca buku ini bahkan saya nobatkan sebagai baca buku terlama yang pernah saya lakukan. Benar-benar saya nikmati disetiap pembahasannya. Sepertinya ini menjadi indikator kalau saya sangat menikmati content bukunya. Halah alesan!

Selamat membaca !

Tags: , , , , , ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *