Surga dan Nafas*

April 25, 2020

Oleh : Nadya Syahputri

Tak bosan ku katakan payah

Sambil ku berjalan menuju titik yang kurindukan

Berpijak pada tanah yang pernah diserukan kata merdeka.

Masih jua aku tersengal dibawah kata merdeka

Ya ! merdeka sekuntum kata kenangan

Namun, memerdekakan bukan untuk kita

Tanya saja pada rembulan

Saat dia bersinar, saat itu pula kita ditengah kemencekaman!

Urutkan saja garis horizontal kearah timur

Terdapat saudara Hawa yang tengah berjalan

Tanpa alas kaki yang melindungi mereka dari duri belantara

Perjuangan, nampaknya menjadi nafas sejak sebelum mekarnya kuntum kata merdeka

Menapak kemanapun mereka dapat mencari kesetaraan antara barat dan timur

Tapak kaki yang kini mati rasa, beribu cakap itu adalah surga

Surga bagi mereka yang pernah singgah pada rahimnya

Seonggok surga itu sedang bersimbah darah dengan nafas perjuangan

Tampak telapak kaki dengan bercak kemerahan menuju ke barat

Banyak manusia berkata, itulah surga tanah ini

Padanya tanah ini ada kendali

Padanya tanah ini dijarah

Padanya tanah ini digadai

Padanya tanah ini meminum darah

Merekalah ahli waris yang mereka buat

Orang Timur sudah tak mengenal apapun

Kecuali darah yang tlah tumpah

Bukankah tak kan nampak Barat jika tak nampak Timur ?

Bagi surga-surga berjalan itu, kepadanyalah nafas itu kan dipanjangkan

Ya, putera puteri ahli waris tanah asli mereka

Memperkenalkan budaya timur nan luhur serta menjaga tanah tetap kering dari darah mereka sendiri

Aku tertegun, meski kuketahui keringat mereka kan menguap begitu saja

Darah mereka kan kering begitu saja

Semoga ini hanya sementara

Aku pun terus berjalan, membersamai nafas tulus mereka

Memperkenalkan arti kata merdeka dan memerdekakan yang sebenarnya

Meski kutahu aku pun kan bersimbah darah

(*Puisi ini dicetak dalam buku “Kekuatanku, Srikandi Indonesia” penerbit Karnata Publisher tahun 2020)

Tags: ,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *