Oleh: Nadya R Syahputri
Aku sudah beranjak dari area peperangan
Area yang membuktikan bahwa aku berada ditengah
Kalah ? tidak jua, menang ? tak sampai
Sebuah peperangan ilusi yang ku tak ketahui siapa dalangnya
Korban saja yang kulihat, ku lebih memilih beranjak
Bukan aku pengecut, kurasa ini bukan areaku
Tapi mengapa aku terhunus ?
Disebuah linimasa aku terlupa, siapa yang berada di arena dia adalah pemain
Pemain yang tak pernah terbesit, keras kepala lalu terhunus.
Sebuah linimasa yang kususun rapi menjadi cerita
Di lini yang lain, aku berjalan tanpa menghiraukan ombak berdebur
Tanpa menghiraukan angin bertiup, bahkan petir menyambar
Terus saja kuberjalan dengan sisa luka hunus yang kubawa
Aku terlalu mencintai semesta ini dibanding apapun
Menjadi naif begitu asik
Hingga angin membawa masa menyadarkanku
Aku tersenyum simpul atas segalanya, mulai tersadar namun ku enggan
Sudah terlalu lama bunga ini kuncup, bukan angkuh !
Sudah terlalu lama kuberjalan tanpa petunjuk arah
Aku tak butuh petunjuk itu, aku hanya butuh pembacanya
Semesta terlalu besar untuk kubaca sendiri.
Saling membaca dan bersama tuliskan di bentang horizontal semesta.
Memupuk ucapan suci menembus langit tegak vertikal
Image source from here
Tags: linimasa, semesta, waktu