Siapa sih yang tidak tau dengan gunung Merapi ? Gunung yang tidak terlalu tinggi namun saat beraksi begitu dahsyat gunung ini memuntahkan isi perutnya. Kedahsyatan gunung yang berdampingan dengan Gunung Merbabu ini mampu membuat banyak korban tumbang bahkan mengantarkan menuju ajalnya. Semua atas Kuasa Tuhan sang Maha segalanya. Ciptaan yang begitu indah terkadang membuat manusia lalai akan kewajiban untuk menjaganya, saat alam murka, masih pantaskah manusia merajuk ?
Sedikit refleksi kembali ke alam untuk sang penjaga atau penikmat jagad.
Kurang lebih Oktober 2016 lalu, kaki ini melangkah menapaki tanah, akar, hingga jalur bebatuan yang menjadi cirri khas gunung Merapi. Berawal dari keinginan mendaki Gunung Merapi terbentuklah niat yang diikuti persiapan packing peralatan mendaki sampai perjalanan ke Basecamp.
Sedikit pengantar deh, jadi rencana awal sih yang berangkat 4 orang, 2 cewek 2 cowok tapi karena sesuatu 2 orang cowok ini cancel pas udah mau deket hari pendakian. Yasudah tinggal 2 cewek yang ga pernah tau bagaimana track Gunung Merapi. Berangkat dari rumah (Salatiga) dengan izin dan restu dari orang tua aku percaya ini yang membuat semua perjalanan menjadi lancar. Well, akhirnya aku mendaki bersama satu temanku, cewek.
[Perjalan]
Setelah packing dan izin ke orang tua, berangkat lah kita dengan naik motor matic (Sumpah Strong banget ane punya motor). Waktu sebelum berangkat sih aku sempat tanya-tanya gitu ke temen yang udah ke Merapi, dia arahin kita ke jalur New Selo. Oke deh kita cuss ikutin direction dari temen. Perjalanan yang super kece dengan jalan yang terus nanjak, dan tak semulus aspal ibu kota kita lalui dengan “Yakin”. Oktober tahun lalu, sebenarnya masih musim hujan yang berkepanjangan sampai beberapa bulan hingga awal tahun 2017. Untuk menuju ke basecamp Merapi pun kita beratap awan mendung saat itu.
Rute perjalanan : Salatiga → Pasar Ampel → Cepogo → New Selo
Track jalanan yang cukup amazing menurut kita, dengan bawaan banyak dan pasti berat dan harus mengendarai motor matic tercinta. Pengalaman kece yang sekece-kecenya. Saking semangatnya begitu sampai di area Basecamp kita kebablasan nyampe New Selo dan harus turun lagi ke Basecamp Barameru (Basecamp Merapi via New Selo) hahahaa namanya juga belum tau.
[Tracking Awal]
Sampai di basecamp Barameru istirahat sebentar sambil check perlengkapan mendaki setelah itu lanjut simaksi untuk 2 orang. Cukup banyak juga data yang harus diisikan oleh pendaki saat simaksi, sampai persediaan air minum pun ditanyain. Management yang bagus untuk data pendaki sampai sebegitu detilnya dalam proses pendataan. Salut dah, perhatian sama pendaki. Waktu sampai di Basecamp aku baru ingat satu hal, “Lupa bawa jaket” Astagaaa !! hal paling penting bisa lupa. Aku coba usaha cari penyewaan jaket disekitar basecamp (Yakalii ada penyewaan jaket). Terjadi percakapan yang singkat sama abang-abang yang jaga waktu simaksi.
Aku : “Mas ini yang ndaki cuman segini aja ?”
Abang-abang : “Iya mba tapi diatas ada kok sekitar 6 orang, tapi udah berangkat tadi malam sih”
Aku : “wihh jalan berdua-duaan doing dong, bang ada sewa jaket gak disini ?”
Abang-abang : “ya ga ada lah mba.”
Aku :” heheee, lupa ga bawa mas”
Setelah selesai simaksi jalan deh, lah ternyata jalan sampe New Selo udah magrib aja, dan warung-warung disana udah mulai pada tutup. Abang ojeknya pun mulai pada turun dan balik kerumah masing-masing tinggallah kita berdua, 2 orang pendaki cewek modal nekat sumpah. Ada satu bapak-bapak tukang ojek yang bilang sih ke kita karena saat itu kabut tebal mulai turun.
“sing penting yakin, Mbak” (yang penting yakin, Mbak) si bapak memberikan semangat.
“siap pak!” jawabku sambil senyum.
Hasrat ingin Buang Air Kecil mulai muncul nih karena suasana yang dingin pegunungan. Kita berdua beranikan diri untuk ke toilet yang mana toiletnya harus gelap dan dekat kebun disebelahnya, lengakap sudah tantangan awal kita. Aku dan Mun, begitu ku menyapanya berjalan menuju toilet sambil bawa senter. Setelah hasrat sudah terpenuhi giliran kita berwudlu untuk selanjutnya sholat Magrib sekalian Isya’. Karena ga ada tempat memadai untuk sholat terpaksa kita sholat di atas bangku panjang milik warung.
Pukul 18:30 kita mulai summit dengan diawali do’a terlebih dahulu, sepanjang perjalanan aku jug abaca doa sebisaku. Bisa dibayangin sih, saat malam berdua doing sama temen keduanya cewek terus summit saat kabut tebal turun dan ga ada pendaki lain saat itu. Rasanya emejing !
Pendakian yang cukup panjang malam itu soalnya perasaan ga sampe-sampe digerbangnya. Sempat kita diriin tenda dan masak mie instan sebentar disebelum pos I. Banyak pendaki lain lewat saat itu, kebanyakan sih bule-bule dari Jogja biasanya mereka Tik-Tok (Naik terus turun lagi,gak pake nge-camp) doang. Saat kita masak, kompor pake macet segala dan akhirnya ditolongin deh sama abang-abang pendaki dikasi korek deh kita, duhh dewa penolong banget hahaa. Setelah makan kita lanjut tidur yang harus ditidur-tidurin apalah daya, badan udah berontak tapi keadaan ga bisa dibuat tidur. Kasian benget temenku si Mun dia gabisa tidur, pas waktu sampe jam 3 pagi dia ajak lanjutin Summit lagi. Meskipun mata berat tapi harus tetap lanjut kakaaakk.
[Salah jalur sebentar]
Saat jalan menuju Pos-I, masih ada acara salah jalur segala lagi, bukan jalur pendakian yang kutapaki melainkan semak belukar yang ga tau kenapa kita bisa lewat situ hahaa, tapi pada akhirnya kita ketemu sama rombongan 6 orang cowok langsung deh kita cepetan turun buat ikutin langkah mereka. Tapi kita cewek kan yaa langkah masih tetep kalah dari mereka. Persis dibawah pos-I ada sedikit lahan yang cukup buat kita Sholat Subuh, kewajiban harus tetap jalan dong. Sambil istirahat sebentar setelah sholat Take pict bentar lah sebagai mood booster saat itu
in frame Partner bolang
Sampai juga di Pos-I, Batu Belah namanya. Disana banyak monyet-monyet gunung, yang menurutku mereka lebih sopan dari pada di tempat wisata pada umunya. Monyet di Merapi ga mau rebut makan pendaki yang sedag istirahat di gazebo, melaikan menunggu pendaki pergi dulu, baru mereka mau makan.
sumber foto dari sini
Ada sebuah gazebo di pos-I dan seorang pendaki yang sedang istirahat disana. Mahasiswa asal Padang yang kuliah di UGM Fakultas Teknik, lupa namanya sih hahaa. Ternyata dia salah satu dari rombongan 6 orang yang kita berdua ikutin setelah salah jalan semalam. Dia ga bisa lanjutin perjalanan karena kakinya sedang sakit. Kita berdua putuskan untuk sarapan sedikit roti bareng sama pendaki dari Jogja tadi. Awalnya dia sungkan tapi kita paksa akhirnya mau juga makan rotinya. Makan selesai cuss pos II
Perjalanan ke Pos II kece banget jalurnya, which is banyak batu nya. Dengan bawa beban di punggung plus tenda dekaka. What a challenging track ! namun kecantikan pemandangan Gunung Merbabu mengiringi perjalanan menuju pos II yang kira-kira memiliki waktu tempuh sekitar 1-1,5 Jam dari Pos I Batu Belah. Ada saat kita berpapasan dengan Mbak Cantik bule india-singapura berdua sama Temen cowoknya diambah atu guide masyarakat setempat. Mereka terkesan dengan kita cuman mendaki 2 orang dengan bawa beban sebanyak itu. “Amazing” kata dia.
bisa aja aktingnya
Sumber foto dari sini
Sampailah kita di Pos II, langsung kita mendirikan tenda dilanjutkan acara favorite yaitu Cooking Time hahaa, yap ! saat pendakian, aku paling suka saat masak dan bermain eksperimen dengan bahan seadanya. Aku bawa beras dan bahan-bahan dapur dan bahan sayur sop. Sedangkan partner nge-bolang yang satu ini bawa telur, tempe ada juga dia bawa bumbu instan. Oke semua bahan dikeluarkan dan mulai memasak.
Fokus ke bahan masakannya ya
Untuk recovery badan aku dan Mun istirahat sebentar didalam tenda sambil tiduran. Kabut yang bermula tipis ternyata mulai menebal hingga datangnya hujan yang berasal dari kabut, yasudah kita lanjutkan saja tidurannya. Selang beberapa menit, ternyata ada berapa kawanan monyet gunung yang berada tepat diatas kita, dan ada seekor yang turun didepan tenda kita. Deg-degan sih tapi tetap stay calm aja haaha. Tiba-tiba ada pendaki lain yang juga mendirikan tenda tepat di samping tenda kita. 3 orang pendaki cowok sih kalau kudengar suaranya. Tba-tiba hujan berhenti siap-siap deh kita packing didalam tenda untuk beresin barang yang harus masuk carrier. Setelah kita keluar tenda untuk beresin tenda dkk kenalan deh sama 3 pendaki cowok yang ternyata asal Jakarta. Saran dari bang Kebot salah satu 3 pendaki Jakarta ini kalau kita mending segera saja ke pos Pasar Bubrah karena di sini monyetnya pada rese. Ya memang kita udah ada niatan kesana, sekalian aja bareng mereka. Tapi ya sekali lagi, mereka cowok kan, jadi langkahnya besar-besar dengan tempo sesingkat-singkatnya pula. Kita sih cewek-cewek masih dengan langkah santai hahaa.
[Menuju Pasar Bubrah]
Setelah berjalan-jalan dengan santai sampai lah di tempat spot foto yang biasa pendaki foto disitu sebelum sampai ke Pasar Bubrah. Tepatnya sebelum tanjakan menuju Pasar Bubrah. Dengan view gunung Merbabu sebenarnya, tapi saat itu awan cukup tebal, jadi gunung berselimut awan deh.
[Cerita Pasar Bubrah]
Jalan perlahan namun pasti sambil nikmatin tanjakan dan merasakan dengkul yang sedikit berontak, ya ini nih enaknya mendaki. Finally, sampe deh di Pasar Bubrah dimana pasar yang ga ada orang jualan atau beli disini apalagi kios-kios atau ruko, ga bakal nemu disini hahaha. Ya jadi itu cuman nama aja sih. Sampai di plang yang bertuliskan Pasar Bubrah apalagi sih yang bakal dilakuin selain abadikan moment ? mood booster banget pokoknya, dengan pemandangan langsung gunung Merbabu jadi mood booster bisa tambah sekian puluh persen. Pas jalan dan mau turun dari kejauhan ada yang manggil “ Mba.. sini aja !!!” terus waktu kita turun kia samperin deh sumber suara tadi, ternyata 3 pendaki asal Jakarta yang manggil kita buat dirikan tenda dekat dengan tenda mereka. Mana dibantuin bersihin batu lagi, kita dicarikan tempat yang dibalik batu besar, jadi kalau ada angin ga langsung kena ke tenda kita. Baik bener abang-abang ini ! bergegas deh kita dirikan tenda disana. Sambil beresin bagian dalam tenda ga terasa sudah senja menghampiri. Lihat langit dari kejauhan ada bagian langit yang sedang berkilat jadi doa utama kita sih jangan hujan aja deh. Waktu sholat magrib tiba, segera deh bertayamum dan lanjut sholat magrib sekalian isya’ aku diminta Mun sebagai Imam, karena Magrib dan Isya’jadi harus bersuara kan ? nah, begitu aku keluarin suara, tiba-tiba suaraku ilang-ada-ilang ada, hahaa kalo ingat lucu juga sih.
Meski di Gunung masih sempat berideologis
Sholat selesai, dingin melanda sereal obatnya. Kita buat sereal supaya badan jadi hangat. Sambil bawa sereal satu tempat buat berdua, berkunjung deh kita ke tenda sebelah yang sudah baik sekali sama kita. 3 pendaki Jakarta ini bernama Bang Kebot, Rial dan Erwin mereka udah sering banget mendaki, sambil ngobrol bang Kebot ternyata lagi buat bubu kacang hijau dikasih Jahe. Emang maestro abng satu ini. obrolan mengarah ke saran-saran pendakian sih sama cerita pengalaman mereka mendaki, sambil sharing saran untuk pendaki pemula kaya kita berdua. Bubur kacang hijau yang ditunggu jadi juga (meskipun agak sedikit keras sih kacangnya, but all is well bang Kebot) kita cobain deh, buat rasa kuahnya sih sepertinya emang pengalaman masak banget nih bang Kebot rasanya bisa pas. Sambil makan kita lanjut ngobrol sampai malam. Kita putuskan untuk segera istirahat untuk perjalanan pulang besok.
Waktu subuh sudah tiba, saatnya tunaikan kewajiban dong. Bersih muka, gosok gigi tayamum lanjut sholat. Dingin banget semalam, tapi itu sudah lumayan karena ketolong batu gede yang dibelakang tenda kita. Ga sedikitpun kita gerak posisi tidurnya karena angin malam lumayan masuk tenda.
Awali pagi di camp area Pasar Bubrah dengan taking picture ! ritual wajib memang, ternyata sudah banyak pendak lain yang juga mendirikan tenda. Pagi itu bang Kebot, Bang Rizal dan Bang Erwin ajak aku sama Mun ke puncak. Tapi niat kita berdua dari awal memang sampai pasar bubrah aja. Soalnya warning banget untuk sampai puncak. Asuransi simaksi hanya sampai Pasar Bubrah kemudian ada beberapa plang larangan mendaki sampai puncak. Yasudah, di camp area Pasar Bubrah kita sudah seneng banget kok,banyak foto yang kami hasilkan hahaha.
Sedari malam disebelah kiri tenda kita ada pendaki dengan logat bicara seperti logat Jawa Timur-an yang bikin kita berdua ketawa sama logat Jawa Timurnya. Ternyata benar, mereka rombongan dari Surabaya, kita kenalan dan diajakin foto deh di depan tenda. Memang semua pendaki itu bersaudara, kata bang Kebot.
Waktu pulang udah tiba, sebenarnya masih pengen disana, tapi waktu berkata lain. Sebelum pulang, kita buat sarapan dulu. Eh ternyata abang-abang 3 pendaki asal Jakarta ini ngajakin makan bareng, super baik banget ini tim. Pendaki kece ini nih !
Makan selesai saatnya pulang. karena ending dari perjalanan ya untuk pulang kerumah. Perjalanan dari Pasar Bubrah sampai New Selo cuman 3 jam, ya cepat memang karena perjalanan pulang track yang turun dan beban uda berkurang. Sebenarnya sepanjang perjalanan naik sampe turun lagi banyak berpapasan dengan pendaki yang pasti tanyain ke kita berdua dengan pertanyaan yang sama “Berdua aja mbak ?” selalu ita jawab, “Iya” tapi banyak respon yang beragam mulaidari “wih” sampai “Gila” menghapiri kita. Respon balik kita sih pasti tertawa hahaha. Banyak pelajaran dari alam bebas terkhusus dari Merapi yang dapat kita ambil. Karena setiap tempat merupakan sekolah.
Tags: gunung, merapi, pasar bubrah, pendaki